HIDUP KITA CUMA DALAM 3 HARI : 1. Semalam - Sudah menjadi sejarah 2. Hari Ini - Apa yang sedang Kita lakukan 3. Esok - Hari yang belum pasti Hisablah hari pertama semoga hari yang kedua Kita lebih baik dari hari yang pertama. Jangan mengharap hari yang ketiga kerana mungkin ajal Kita pada hari yang kedua

Wednesday, May 31, 2006

SEKOLAH MENULIS “MENGIKAT MAKNA” VIA E-MAIL

artikel ini kuambil karena dapat ku jadikan suatu motivator, inspirasi...ketika motif menulisku hilang!!!!!!!!!!

Hanya ada dua warisan abadi yang dapat kita berikan kepada anak-anak kita. Salah satunya adalah akar, dan yang lainnya adalah sayap.
HODDING CARTER

Membaca dan menulis adalah dua keterampilan dasar (basic skill) yang dapat membantu seseorang untuk menjadikan proses belajarnya efektif. Di samping itu, riset-riset otak mutakhir dewasa ini telah menunjukkan pelbagai manfaat nyata dari kegiatan membaca dan menulis terhadap pertumbuhan dan perkembangan diri.

Sebagai contoh, seorang neurolog, Dr. Edward Coffey, yang bekerja di Henry Ford Health System, membuktikan bahwa seseorang yang dapat menjalankan kebiasaan membaca dengan baik akan terhindar dari penyakit pikun di hari tua. Menurut Dr. Coffey, kegiatan membaca dan menulis dapat menumbuhkan dendrit (salah satu komponen neuron atau sel-sel saraf otak).

Seorang psikolog, Dr. James W. Pennebaker, dalam penelitiannya juga membuktikan bahwa menulis secara bebas—tanpa memperhatikan lebih dahulu aturan kebahasaan—untuk mengeluarkan apa saja yang ada di dalam diri, dapat mengurangi stres. Bahkan, seorang ahli linguistik, Dr. Stephen D. Krashen, lewat penelitiannya, juga menunjukkan bahwa menulis dapat membantu memecahkan problem-problem kedirian seseorang.

Kami menyadari bahwa menjalankan kegiatan membaca dan menulis pada era Internet seperti saat ini tidaklah mudah. “Musuh-musuh” kegiatan membaca dan menulis muncul secara luar biasa agresifnya—televisi 24 jam yang tidak hanya terpancar lewat 2 atau 3 saluran, game-game mengasyikkan yang menyebar lewat ponsel atau Internet, dan juga minimnya teladan membaca dan menulis di tengah masyarakat.

Kami—lewat Sekolah Menulis via E-mail—ingin mencoba mengajak siapa saja untuk membangun suasana yang kondusif bagi diri-diri mereka agar siapa saja dapat menjalankan kebiasaan membaca dan menulis. Kami menamakan sekolah menulis ini “Mengikat Makna” (atau dalam istilah lain: “Pelatihan Quantum Reading dan Quantum Writing”) untuk menunjukkan bahwa kegiatan membaca dan menulis perlu dijalankan bersama setiap hari. Membaca baru efektif jika dilanjutkan dengan menuliskan apa yang dibaca; dan menulis baru menyenangkan (tidak banyak kendala) jika didahului oleh kegiatan membaca buku yang banyak dan beragam.


Bagaimana Kurikulum dan Mekanismenya?

Sekolah menulis ini dirancang selesai dalam tempo satu semester. Dalam alokasi waktu, satu semester ini biasanya memakan waktu sekitar 4 hingga 4,5 bulan efektifnya. Dalam alokasi waktu seperti ini diharapkan, tulisan yang masuk dapat mencapai, minimal, 100 tulisan. Kami yakin, apabila setiap peserta dapat membaca dan menulis setiap hari, dan tulisannya mencapai jumlah 100 lebih, ada kemungkinan besar, pembiasaannya ini dapat menjadi fondasi-kuat untuk dilanjutkan sendiri dalam kehidupan yang lebih luas dan menantang.

Apakah hal terakhir ini dapat memiliki jaminan tinggi? Kami memang tidak dapat menjanjikan secara pasti. Namun, kami yakin bahwa 100 tulisan yang kemudian diciptakan setiap hari dalam waktu yang sangat terjaga dan terpola akan membuahkan hal-hal yang memberdayakan. Sekali lagi, dalam pelatihan ini, setiap peserta tidak hanya menulis. Mereka juga perlu membaca dalam arti luas. Mereka dapat membaca teks lewat, terutama, buku, dan kemudian majalah, koran, publikasi lain, dan juga informasi yang disebar oleh Internet, atau “membaca” informasi yang disebar televisi dan radio, serta “membaca” kehidupan sehari-hari mereka.

Apa yang dibacanya kemudian “diikat” atau dituliskan sebanyak minimal satu halaman spasi tunggal. Proses pembacaan dan pengikatan ini berlangsung dari hari Senin hingga Jumat. Hari Sabtu dan Minggu untuk digunakan membaca hasil tulisan Senin-Jumat, dan mengevaluasi (dibantu oleh orangtuanya) hal-hal penting yang tersimpan di dalam tulisan yang sudah jadi. Di ujung hari Minggu diharapkan ada satu tulisan sebagai kesimpulan atau rencana melakukan perbaikan selama sepekan. Hasil tulisan Minggu ini dikirim pada Senin pagi.

Tulisan yang dikirim Selasa adalah tulisan yang mengisahkan hal-hal yang dialami pada hari Senin—apakah itu tentang buku yang dibaca, informasi yang ditangkapnya, atau tentang kehidupan diri yang mengesankan yang diciptakannya selama bergaul dengan lingkungan luasnya. Tulisan yang dikirim Rabu adalah tulisan yang merekam pengalaman Selasa, Kamis untuk Rabu, Jumat untuk Kamis, dan Sabtu untuk Jumat. Sabtu dan Minggu untuk evaluasi dan dituliskan pada Minggu di ujung, dan dikirim pada Senin pagi.

Tulisan yang akan dibuat diharapkan dapat didahului dengan pembuatan “mind mapping” (yaitu proses memetakan pikiran lebih dahulu lewat gambar dan teks). Bisa jadi, ada para peserta yang langsung menulis. Ini tidak apa-apa. Namun, kami menganjurkan sekali untuk berlatih menggunakan “mind mapping” untuk mendeteksi pikiran dan hal-hal lain yang dialaminya, serta memetakan lebih dahulu materi yang ingin ditulis. Metode “mind mapping” menjadi penting lantaran metode ini memfungsikan kedua belahan otak, yaitu otak kanan dan otak kiri. Lewat bantuan metode ini pula, biasanya, kebuntuan dan kejenuhan menulis dapat teratasi. Sekali lagi, apabila ini dapat dibiasakan secara perlahan-lahan, ada kemungkinan kegiatan membaca dan menulis dapat dilaksanakan secara menyenangkan.

Untuk hasil-hasil “mind mapping” yang dibuat oleh para peserta, tidak usah dikirimkan ke sekolah menulis. “Mind mapping” bersama tulisan-tulisan awal dapat disimpan di komputer (sebagai file digital) dan juga dalam bentuk cetakan. Pendokumentasian ini menjadi penting karena inilah portofolio sejati. Inilah rekaman hari ke hari perjalanan seseorang. Inilah peta-batin yang merupakan harta karun seseorang yang, kelak, dapat dijadikan “alat” untuk menentukan ke mana kira-kira karier seseorang diarahkan.

Tulisan-tulisan yang dikirimkan akan dibaca dan kemudian diberi catatan oleh instruktur di sekolah menulis ini. Tulisan-tulisan tersebut akan direspons pada hari itu juga apabila instruktur memiliki kesempatan untuk membuka kiriman e-mail. Karena warnet telah menjamur di setiap kota, proses membalas kiriman e-mail itu menjadi bukan kendala besar. Nah, karena instruktur akan memberikan respons atas e-mail yang masuk, diharapkan setiap kali tulisan selesai dan siap dikirimkan, para peserta perlu menyertakan pertanyaan. Kirimkan pertanyaan bersama hasil tulisan selembar kuartonya.

Mohon juga respons dari instruktur atas tulisan yang dibuat oleh para peserta kemudian dapat dibaca dan dibahas. Menurut Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, dalam Quantum Learning, inti belajar adalah interaksi. Interaksi yang mengkuantum (membuat lejitan luar biasa) adalah interaksi yang dapat mengubah potensi yang tersimpan atau tersembunyi di dalam diri seseorang, menjadi pancaran semangat, kebahagiaan, dan kegembiraan, serta keunggulan dan keunikan. Jadi, respons dari instruktur adalah semacam interaksi positif yang diharapkan dapat memberdayakan para peserta pelatihan di sekolah menulis ini.
Tujuan Sekolah Menulis

Pertama, mendorong seorang peserta di sekolah ini untuk mengalahkan “musuh-musuh” membaca dan menulis yang datang baik dari luar dan dari dalam dirinya. “Musuh-musuh” membaca dan menulis yang datang dari dalam diri, antara lain, adalah kemalasan, ketidakpercayaan diri, kebosanan, dan semacamnya. Bagaimana “musuh-musuh” membaca dan menulis dapat ditaklukkan? Sekolah menulis ini mengusulkan dengan cara membiasakan diri membaca dan menulis. Jadi, tujuan paling penting dari sekolah ini adalah si peserta dapat secara berani mencoba menerjuni kegiatan membaca dan menulis ini setiap hari.

Kedua, menunjukkan kepada para peserta tentang manfaat-manfaat membaca dan menulis yang dapat langsung diraih ketika mengalami sendiri kegiatan membaca dan menulis yang berkelanjutan dan terpola. Lewat buku-buku yang diciptakan oleh instruktur, dan juga lewat diskusi interaktif, diharapkan peserta dapat merasakan sendiri bahwa kegiatan membaca dan menulis yang dijalaninya ini, utamanya, adalah untuk memberdayakan diri terlebih dahulu. Apa ciri-ciri yang dapat menunjukkan bahwa si peserta sudah diberdayakan oleh kegiatan membaca dan menulis?

Ciri-ciri kegiatan membaca dan menulis yang dapat memberdayakan diri adalah (1) setelah membaca buku, si pembaca dapat menuliskan (“mengikat makna”) apa saja yang dibacanya; (2) lama-kelamaan si peserta baca-tulis dapat merasa lega atau plong setelah membuang apa pun yang menyesaki pikiran dan perasaan lewat menulis setiap hari; (3) ada perasaan senang dan bangga setelah melihat bahan-bahan tertulis yang dikumpulkannya yang terus membanyak dan membaik; (4) ada keterlibatan penuh dari si peserta terhadap buku yang dibacanya (buku yang dipilih adalah buku yang disenanginya) dan juga tulisan yang dibuatnya (ketika menulis, si penulis menggunakan kata ganti orang pertama [aku atau saya]); dan (5) setiap kali tulisannya dibaca sendiri, ada perasaan senang dan bangga, serta tulisan itu mencerminkan keunikannya.

Ketiga, diyakini oleh pengelola sekolah menulis ini bahwa apabila pembiasaan membaca dan menulis sudah terjalankan dengan benar, dan si peserta pelatihan ini mampu mengalami suka-duka membaca dan menulis yang direkam dan melibatkan dirinya secara total, tentulah si peserta akan mampu “melihat” dirinya yang berpotensi.

Nah, apabila pembiasaan sudah terjalankan, dan si peserta pelatihan di sekolah menulis dapat merasakan manfaat yang bisa dipetik dari pembiasaan itu, niscaya akan ada proses yang menunjukkan bahwa potensi unik peserta dapat muncul secara alamiah. Apabila seluruh proses membaca dan menulis benar-benar dapat memberdayakan diri si peserta (dapat memotivasi dan memberikan kepercayaan diri yang tinggi bahwa “aku bisa!”), ada kemungkinan besar pelejitan potensi diri terjadi. Inilah tujuan ketiga: lewat kegiatan membaca dan menulis yang berlandaskan konsep “mengikat makna”, insya Allah sia anak akan dapat melejitkan potensi dirinya.

Demikianlah sedikit “catatan” tentang sekolah menulis via e-mail ini. Semoga dapat memberikan alternatif dalam menjadikan seseorang tumbuh-berkembang dengan berlandaskan kegiatan sehari-hari yang bermakna.[]

0 Comments:

Post a Comment

<< Home